Q.S An Nur ayat 26
Menurut Anda dia yang terbaik untuk anda, menurut Allah dia bukan yang terbaik untuk anda. Yang untuk anda ada yang lebih baik lagi.
Anda menghafal Al-Qur'an, anda menghafal hadits, maka akan Allah kirimkan kepada anda yang bisa menjaga Al Qur'an dan Hadits anda.
- Ustadz Adi Hidayat., LC, MA.
Gue pengen jodoh buat gue adalah dia yang benar-benar sangat cinta dengan Allah. Perkataanya yang lembut dan sopan juga dari adabnya yang berakhlak Qur'ani. Walaupun belum, tetap berusaha untuk selalu mengutamakan cinta Allah, cinta Al Qur'an sehingga ruh Al Qur'an ada pada dirinya. Yang pasti yang bisa ngejaga hafalanku.
Percakapan Rahasia di Langit Biru
Nazwa Azzura adalah nama pena dari Putri Anisyah Amatullah. Nazwa yang berarti Percakapan rahasia, sedangkan Azzura berarti Langit Biru. pengambilan nama Nazwa sendiri mengambil dari nama Adikku yang bernama Shafira Nazwa NurJihan.
Selasa, 05 November 2019
Selasa, 11 Juni 2019
Rainbow of a Dream
Tuk ... tuk ... tuk ...
Hentakan sepasang kaki terasa amat nyaring bunyinya. Entah aku berada di tempat mana sekarang. Terasa sunyi, sepi dan tak ada seorang pun yang mampu menyelimuti rasa ketakutanku. Pohon-pohon besar amat sombong dengan gagahnya berdiri tegak tanpa mau menyambut kedatanganku. Dengan rasa penasaran, aku terus mencari surga tersembunyi seperti yang ada dalam mimpiku.
Berjalan perlahan dengan dinginnya di sekitar hutan membuatku hampir putus asa. Namun tiba-tiba datang sekelompok burung yang terlihat riang. Mereka mengeluarkan nyanyian-nyanyian indah seakan menyambut kedatanganku. Ahh terima kasih kawan, ini sedikit membuatku terhibur.
Entah mengapa burung-burung semakin banyak berdatangan. Namun burung-burung itu memiliki warna-warna yang sangat indah. Aku baru tersadar akan indahnya makhluk-makhluk yang Tuhan ciptakan. Ingin sekali aku membawa satu untuk adik kecilku di kota. Warna-warna yang mereka miliki sama-sama indahnya sehingga rasa kebingungan datang bersama dengan bisikan-bisikan halus yang berdatangan untuk membantuku memilih burung mana yang akan aku pilih.
“Ahh ... sepertinya aku memilihmu anak burung yang manis.” Ungkapku di hadapan semua burung-burung yang sedang sibuk bernyanyi.
Nampaknya tidak akan ada yang sadar jika aku mengambil salah satu anak mereka. Perlahan aku mendekat dan terus mendekat. Saat aku dapati burung tersebut dan memegang sayapnya yang berwarna-warni, tiba-tiba burung kecil itu seperti berteriak. Sehingga membuat burung-burung lainnya berhenti menyanyi dan memandang ke arahku.
“Oh my God. Please ... calm. Saya tidak akan menyakiti burung ini. Saya hanya ingin membawanya ke tempat lain.” Perlahan aku mundur dan mencari cara agar bisa kabur.
Tanpa pikir panjang, aku lemparkan anak burung itu dan aku langsung berlari sangat kencang. Aku berharap lebih dulu berlari karena mereka pasti akan terlebih dahulu mengkhawatirkan anak burung itu. Namun tak kusangka ribuan burung sudah nampak tepat berada di belakangku.
Langkah kaki ini terasa semakin sakit dan lemas. Bukan hanya itu, aku merasa pusing kepala dan pandangan yang juga sedikit kabur. Namun aku tidak peduli dan yang aku pikirkan sekarang adalah berusaha agar bisa berhasil lolos dari ribuan burung itu yang seakan hendak memangsaku.
Pandanganku semakin lama semakin tidak terlihat jelas. Pusing di kepala juga semakin membara dan tiba-tiba ...
“A ... aku ada dimana ini?”
“Kau sedang berada di tempat yang sudah sangat dekat dengan arah tujuanmu, nak.” Suara gema tiba-tiba hadir.
“Ah ... kepalaku masih terasa pusing.”
“Bersabarlah ... sebentar lagi kau akan sampai di tempat yang kamu tuju. Setelah itu terjunlah ke dalam air itu untuk menyembuhkan kutukan yang berada di tubuhmu.”
“Kutukan? Kutukan apa? Lho kek ... kakek???”
Tiba-tiba kakek tua itu menghilang dengan cepatnya. Dan aku langsung tersadar dalam mimpiku.
“Hahh ... oh my God ... sedang berada di mana aku sekarang?”
Aku sangat bingung sekarang. Tiba-tiba aku sudah duduk menunggangi kuda putih yang sedang berlari cepat. Tanpa aku sadari ternyata kulit pada seluruh tubuhku berwarna-warni.
“Atau mungkin gara-gara aku memegang burung itu? Ah entahlah ... tapi ini mau dibawa kemana aku. Heyyy ... kuda jawab pertanyaanku!!!” kuda itu terus berlari kencang.
Kemudian tiba-tiba kuda yang aku tunggangi berhenti. Aku segera membuka mata lebar-lebar setelah apa yang sedang aku dapati saat ini.
“Oooouuhh ... my God ... amazing ... ini benar-benar luar biasa.”
Gemericik air terjun yang jernih dan ikan-ikan yang sangat jelas sekali nampak di sungai. Bunga-bunga di permukaan menambah keindahan. Ditambah lagi cahaya matahari yang membuat pemandangan ini begitu menyilaukan.
“Ini benar-benar Wow. Oh ya hampir saja aku lupa. Aku harus cepat berendam sesuai saran kakek.”
Kemudian aku berendam dan menggosok-gosokan kulitku yang berwarna-warni. Tak kusangka percobaan ini mengeluarkan warna-warni seperti pelangi di sekitar air terjun. Aku sangat takjub dengan pemandangan yang sangat indah ini.
“Mungkin akan aku namai temuanku ini Air Terjun Pelangi. Yah ... Air Terjun Pelangi.” Pikirku.
Aku sangat menikmati sejuknya air sungai ini. Namun tiba-tiba ada yang menarik kakiku sampai aku hampir tenggelam.
“To ... tolong ...”
Byuuurr ....
“Hahhh ... kakek? Kenapa nyiram aku kek?”
“Ayoo bangun ... sudah waktunya kita ke bandara.”
“Huft ... cuma mimpi.”
“Apa kamu bilang?”
“Hehe gak kek.”
Hentakan sepasang kaki terasa amat nyaring bunyinya. Entah aku berada di tempat mana sekarang. Terasa sunyi, sepi dan tak ada seorang pun yang mampu menyelimuti rasa ketakutanku. Pohon-pohon besar amat sombong dengan gagahnya berdiri tegak tanpa mau menyambut kedatanganku. Dengan rasa penasaran, aku terus mencari surga tersembunyi seperti yang ada dalam mimpiku.
Berjalan perlahan dengan dinginnya di sekitar hutan membuatku hampir putus asa. Namun tiba-tiba datang sekelompok burung yang terlihat riang. Mereka mengeluarkan nyanyian-nyanyian indah seakan menyambut kedatanganku. Ahh terima kasih kawan, ini sedikit membuatku terhibur.
Entah mengapa burung-burung semakin banyak berdatangan. Namun burung-burung itu memiliki warna-warna yang sangat indah. Aku baru tersadar akan indahnya makhluk-makhluk yang Tuhan ciptakan. Ingin sekali aku membawa satu untuk adik kecilku di kota. Warna-warna yang mereka miliki sama-sama indahnya sehingga rasa kebingungan datang bersama dengan bisikan-bisikan halus yang berdatangan untuk membantuku memilih burung mana yang akan aku pilih.
“Ahh ... sepertinya aku memilihmu anak burung yang manis.” Ungkapku di hadapan semua burung-burung yang sedang sibuk bernyanyi.
Nampaknya tidak akan ada yang sadar jika aku mengambil salah satu anak mereka. Perlahan aku mendekat dan terus mendekat. Saat aku dapati burung tersebut dan memegang sayapnya yang berwarna-warni, tiba-tiba burung kecil itu seperti berteriak. Sehingga membuat burung-burung lainnya berhenti menyanyi dan memandang ke arahku.
“Oh my God. Please ... calm. Saya tidak akan menyakiti burung ini. Saya hanya ingin membawanya ke tempat lain.” Perlahan aku mundur dan mencari cara agar bisa kabur.
Tanpa pikir panjang, aku lemparkan anak burung itu dan aku langsung berlari sangat kencang. Aku berharap lebih dulu berlari karena mereka pasti akan terlebih dahulu mengkhawatirkan anak burung itu. Namun tak kusangka ribuan burung sudah nampak tepat berada di belakangku.
Langkah kaki ini terasa semakin sakit dan lemas. Bukan hanya itu, aku merasa pusing kepala dan pandangan yang juga sedikit kabur. Namun aku tidak peduli dan yang aku pikirkan sekarang adalah berusaha agar bisa berhasil lolos dari ribuan burung itu yang seakan hendak memangsaku.
Pandanganku semakin lama semakin tidak terlihat jelas. Pusing di kepala juga semakin membara dan tiba-tiba ...
“A ... aku ada dimana ini?”
“Kau sedang berada di tempat yang sudah sangat dekat dengan arah tujuanmu, nak.” Suara gema tiba-tiba hadir.
“Ah ... kepalaku masih terasa pusing.”
“Bersabarlah ... sebentar lagi kau akan sampai di tempat yang kamu tuju. Setelah itu terjunlah ke dalam air itu untuk menyembuhkan kutukan yang berada di tubuhmu.”
“Kutukan? Kutukan apa? Lho kek ... kakek???”
Tiba-tiba kakek tua itu menghilang dengan cepatnya. Dan aku langsung tersadar dalam mimpiku.
“Hahh ... oh my God ... sedang berada di mana aku sekarang?”
Aku sangat bingung sekarang. Tiba-tiba aku sudah duduk menunggangi kuda putih yang sedang berlari cepat. Tanpa aku sadari ternyata kulit pada seluruh tubuhku berwarna-warni.
“Atau mungkin gara-gara aku memegang burung itu? Ah entahlah ... tapi ini mau dibawa kemana aku. Heyyy ... kuda jawab pertanyaanku!!!” kuda itu terus berlari kencang.
Kemudian tiba-tiba kuda yang aku tunggangi berhenti. Aku segera membuka mata lebar-lebar setelah apa yang sedang aku dapati saat ini.
“Oooouuhh ... my God ... amazing ... ini benar-benar luar biasa.”
Gemericik air terjun yang jernih dan ikan-ikan yang sangat jelas sekali nampak di sungai. Bunga-bunga di permukaan menambah keindahan. Ditambah lagi cahaya matahari yang membuat pemandangan ini begitu menyilaukan.
“Ini benar-benar Wow. Oh ya hampir saja aku lupa. Aku harus cepat berendam sesuai saran kakek.”
Kemudian aku berendam dan menggosok-gosokan kulitku yang berwarna-warni. Tak kusangka percobaan ini mengeluarkan warna-warni seperti pelangi di sekitar air terjun. Aku sangat takjub dengan pemandangan yang sangat indah ini.
“Mungkin akan aku namai temuanku ini Air Terjun Pelangi. Yah ... Air Terjun Pelangi.” Pikirku.
Aku sangat menikmati sejuknya air sungai ini. Namun tiba-tiba ada yang menarik kakiku sampai aku hampir tenggelam.
“To ... tolong ...”
Byuuurr ....
“Hahhh ... kakek? Kenapa nyiram aku kek?”
“Ayoo bangun ... sudah waktunya kita ke bandara.”
“Huft ... cuma mimpi.”
“Apa kamu bilang?”
“Hehe gak kek.”
Minggu, 04 November 2018
Ku Mengerti Artinya Ikhlas
Sepulang dari masjid setelah mengikuti acara sosialisasi kesehatan, aku dan Iffah melihat sebuah mobil. "Plat AB" itu artinya dari daerah Jogja, kata Iffah.
Mataku langsung tertuju pada bapak-bapak yang ada di gazebo baru dekat mobil tersebut. Bapak-bapak tersebut pernah ada di mobil yang ditumpangi ibu salah satu temanku, Zahra namanya. Ia adalah teman seperjuanganku. Yang dekat denganku. Seketika terlihat di gazebo dekat lapangan ada ibu dan adiknya. Aku dan Iffah menyapa dengan senyuman kepada ibunya dan juga ada abinya. Setelah itu ...
Aku ... Aku berlari. Aku berlari ...
Berlari segera mungkin langsung masuk kamar. Langsung ku buka pintu ...
Mataku menangkap sesosok gadis manis, itulah Zahro. Yang sudah lama meninggalkan pondok dan kemudian akan meninggalkan pondok ini untuk selamanya yang berarti keluar dari pondok yayasan ini.
Ya Rabb ...
Air mataku tidak bisa terbendung lagi.
Langsung ku peluk tubuh mungilnya ðŸ˜
Sungguh ... Aku tak sanggup jika harus bisa melepasmu saat itu.
Kau ... Kaulah wanita Hebat. Kau wanita Kuat.
Aku sangat iri padamu. Jujur ...
Mungkin aku akan lebih dari apa yg kamu lakukan saat itu. Aku akan kabur ... Dan mungkin saja aku tidak terima dg ketetapan Allah. Astaghfirullah
Tapi kaulah wanita hebat itu Zah ...
Kau sangat kuat mendengar kabar itu. Kau mencoba untuk kuat, ikhlas dan sabar menerima dan mencoba menjalankan rutinitas seperti biasanya.
Maa shaa Allah.
Jaga baik-baik di sana yah Zah.
Selalu Istiqomah dengan Al Qur'an mu 😘 Semangat !!! Kamu wanita Hebat.
Aku belajar banyak darimu.
Beruntungnya diriku. Allah SWT tiada henti memberiku kenikmatan dan pembelajaran yang tiada Tara kepadaku. Alhamdulillah ...
I love you So Much. Allah Azza Wa Jalla 💕
Mataku langsung tertuju pada bapak-bapak yang ada di gazebo baru dekat mobil tersebut. Bapak-bapak tersebut pernah ada di mobil yang ditumpangi ibu salah satu temanku, Zahra namanya. Ia adalah teman seperjuanganku. Yang dekat denganku. Seketika terlihat di gazebo dekat lapangan ada ibu dan adiknya. Aku dan Iffah menyapa dengan senyuman kepada ibunya dan juga ada abinya. Setelah itu ...
Aku ... Aku berlari. Aku berlari ...
Berlari segera mungkin langsung masuk kamar. Langsung ku buka pintu ...
Mataku menangkap sesosok gadis manis, itulah Zahro. Yang sudah lama meninggalkan pondok dan kemudian akan meninggalkan pondok ini untuk selamanya yang berarti keluar dari pondok yayasan ini.
Ya Rabb ...
Air mataku tidak bisa terbendung lagi.
Langsung ku peluk tubuh mungilnya ðŸ˜
Sungguh ... Aku tak sanggup jika harus bisa melepasmu saat itu.
Kau ... Kaulah wanita Hebat. Kau wanita Kuat.
Aku sangat iri padamu. Jujur ...
Mungkin aku akan lebih dari apa yg kamu lakukan saat itu. Aku akan kabur ... Dan mungkin saja aku tidak terima dg ketetapan Allah. Astaghfirullah
Tapi kaulah wanita hebat itu Zah ...
Kau sangat kuat mendengar kabar itu. Kau mencoba untuk kuat, ikhlas dan sabar menerima dan mencoba menjalankan rutinitas seperti biasanya.
Maa shaa Allah.
Jaga baik-baik di sana yah Zah.
Selalu Istiqomah dengan Al Qur'an mu 😘 Semangat !!! Kamu wanita Hebat.
Aku belajar banyak darimu.
Beruntungnya diriku. Allah SWT tiada henti memberiku kenikmatan dan pembelajaran yang tiada Tara kepadaku. Alhamdulillah ...
I love you So Much. Allah Azza Wa Jalla 💕
Rabu, 29 Juni 2016
Secret Dibalik Santri
Secret Dibalik Santri
Besok adalah
hari yang sangat aku tunggu dari sekian lamanya karena terbendung rindu. Rindu
kepada adik laki-laki yang sedang menempuh studynya
di salah satu pesantren Tasikmalaya. Ia bernama Hafizh dan masih berusia 12
tahun.
Hari ini, papah
menjemputku di rumah tante untuk berangkat terlebih dahulu ke rumah nenek di
Garut. Kali ini papah menjemputku selepas pulang dari pekerjaannya.
“Ra, ayo
sekarang berangkat. Keburu hujan kalau sore.”
“Iya yuk pah,
ini Zahra juga udah siap kok.”
“Ya udah
pamit dulu sana gih sama tante.”
Aku menemui
tante untuk pamit berangkat duluan walaupun sebenarnya tante nanti juga akan ke
Garut. Dan ikut bersama kami menjemput anaknya yaitu Khidir dan Shaffa di
pesantren juga.
“Tan, Zahra
sama papah berangkat duluan yah.”
“Iya udah
hati-hati yah Ra. Nanti tante sama paman nyusul, kayanya malem deh berangkatnya.”
“Oh gitu yah
tan, ya udah deh Zahra duluan tan. Udah ditunggu papah tuh di depan. Assalamualaikum.”
“Waalaikumussalam.”
Kali ini aku
dan Papah berangkat menggunakan sepeda motor yang biasa aku gunakan, agar
sekalian dibawa pulang setelah menjemput adikku.
“Pah kayanya
gak mungkin deh, kita pulang sampe rumah pake motor ini. ini berdua aja udah
sempit gimana bertiga sama Hafizh? Terus belum lagi barang bawaannya Hafizh.
Gak mungkin banget pah.”
“Ya udah
nanti papah pikirin lagi.”
Perjalanan
dari Bandung menuju Garut, rumah nenek membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam.
Tetapi kalau ngebut bisa lah 1,5 jam nyampe. Hehe
Sampai di
rumah nenek, aku mencoba berkali-kali menekan bel namun nampaknya rumah ini
sepi. Saat hendak pergi, tiba-tiba ada yang membuka pintu. Yang terlihat
bukanlah nenek, namun Teh Dini yang membuka pintunya.
“Assalamualaikum.” aku mengucapkan salam
dan mencium tangan Teh Dini.
“Waalaikumussalam. Ouh Zahra kirain
siapa. Sama siapa ke sini?”
“Itu sama
papah. Masih markirin motor kayanya.”
“Ya udah
sini masuk. Tuh nenek masih tidur kayanya. Teteh juga tadi ada di atas.”
“Pantes dari
tadi gak ada yang buka.” Gumamku.
“Ya udah
teteh ke atas dulu yah Ra.”
“Okay teh.”
Kemudian
papah datang dan meletakkan tas-tas yang tadi dibawa. Melihat sekeliling rumah,
papah sepertinya sedang mencari seseorang.
“Ra, nenek
mana?”
“Itu pah,
kayanya lagi tidur. Tuh pintu kamarnya aja masih nutup.”
“Terus tadi yang
buka pintu siapa?”
“Teh Dini
pah. Oh iya pah, sambil nunggu nenek bangun, service motor dulu yuk pah. Besok kan motornya mau dibawa jarak
jauh?”
“Oh iya, hampir
aja papah lupa. Ya udah yuk keburu tutup.”
Kami pun
keluar sekalian mencari makan karena memang sudah lumayan lapar dan lelah.
Papah mencari dealer Honda yang
terdekat.
Karena
lumayan antri, akhirnya kami memutuskan untuk mencari makanan sambil menunggu
motor selesai. Mencari-cari kuliner makanan, kami tergoda dengan bakso Solo
yang membuat kami yakin pasti baksonya enak karena pemiliknya adalah orang Solo
asli. Bakso Solo memang sudah terkenal enaknya bagi keluarga kami.
“Wah lumayan
nih pah, Zahra juga udah lama gak makan bakso.”
“Iyah udah
kalau perlu nanti nambah 2 mangkok Ra.”
“Wah siap
pah. Hehe.”
Kami
menyantap dengan sangat lahapnya. Mungkin karena efek lapar dan juga memang
lumayan lelah. Saat sedang menyantap dan heningnya kami tanpa obrolan tiba-tiba
pemilik bakso Solo ini mengobrol dengan suaminya menggunakan Bahasa Jawa. Aku
hanya tersenyum karena akupun tahu apa yang dibicarakan oleh pemiliknya, karena
aku sendiri juga orang Jawa.
Setelah
selesai, aku dan papah langsung ke tempat service
untuk mengambil sepeda motor. Nampaknya motorku sudah selesai dan klakson
motorku juga kembali bersuara.
Kami kembali
ke rumah nenek untuk beristirahat karena besok shubuh akan berangkat ke
Tasikmalaya.
Pukul 03.30
pagi aku terbangun dan ternyata sudah ada tante yang tidur di sampingku. Aku
langsung mandi dan segera bersiap shalat shubuh. Disusul juga tante, paman dan
juga ayah. Teh Dini juga ikut dengan kami, karena suaminya yang akan
mengendarai mobilnya.
Saat semua
sudah siap dan sudah shalat shubuh, kami mulai berangkat. Hari masih pagi dan
langitpun masih tampak gelap. Udara pagi juga masih terasa dingin dan sejuk.
Perjalanan
pagi membuatku mengantuk dan tiba-tiba aku membayangkan seseorang yang sudah
lama aku kagumi. Yah inginku melihatnya yang sudah lama tak berjumpa. Dia
adalah seorang guru yang mengajar di pesantren Hafizh.
Teringat
saat pertama kali mengunjungi Hafizh, papah bercakap-cakap dengannya. Seorang
guru tersebut bernama Yusuf. Aku yang sangat pemalu, hanya bisa terdiam
mendengarkan obrolan mereka.
Saat aku
cerita kepada Hafizh mengenai Yusuf, Hafizh bilang kepadaku bahwa Yusuf sudah
menikah. Aku tersentak kaget dan sempat tidak percaya. Terlihat karena Yusuf
masih terbilang muda untuk menikah.
Beberapa
waktu kemudian saat itu, ternyata Hafizh salah paham. Yang kuceritakan kepadanya,
dia kira guru yang lain yang memang
sudah menikah.
Itu membuatku
tersenyum dan tertawa kecil mengingat hal itu.
“Semoga hari
ini aku bisa bertemu dengannya.” Gumamku.
Sesampai di
pesantren, terlihat dari kejauhan sudah dimulai acara perpisahan siswa-siswi SD
termasuk adikku Hafizh yang baru lulus SD tahun ini.
Aku mencari-cari
Hafizh, Khidir, Afif dan juga Shaffa yang bersama-sama akan pentas di panggung
perpisahan.
“Eh itu
Hafizh, Hafizh.. Hafizh sini.” Panggilku dengan suara keras karena tak kuasa
aku menahan rindu kepada adikku ini.
Hafizh
langsung mencium tanganku dan mencium tangan papah dilanjut juga semua
saudaraku yang hadir di sini. Kemudian aku mencari-cari seseorang yang berbadan
tinggi besar itu. Karena sedari tadi tidak terlihat batang hidungnya.
Fokus dengan
penampilan adik-adikku membuatku lupa akan Yusuf. Penampilan-penampilan yang
sangat menyentuh hati dan juga menghibur semua tamu yang hadir pada hari ini.
“Aku yakin,
semua orang tua di sini sangat bangga memiliki anak-anak penghafal Al Qur’an dan
As Sunnah. Mereka yang berprestasi dengan membawa harum agamanya.” gumamku
Tak sadar
air mataku menetes melihat siswa-siswi yang umurnya jauh dariku sudah hafal
beberapa surah Al Qur’an. Sedangkan aku hanya memiliki hafalan surah-surah
pendek saja. Jujur, ada rasa malu dihati ini. Namun semua ini membuatku
semangat untuk mencoba menambahkan hafalan.
Kemudian
Shaffa datang dan duduk di sampingku.
“Shaffa
tampilnya masih lama gak?” tanyaku.
“Lumayan
teh.”
“Ya udah
anterin teteh yuk ke toilet.”
Shaffa
akhirnya mau mengantarku ke toilet. Dengan rasa malu, aku melewati
santri-santri akhwat yang memiliki akhlak-akhlak mulia itu. Ada rasa minder
jika aku bersanding denga mereka. Hanya senyuman yang bisa kuberi untuk sapaan
kepada mereka.
“Shaffa
tunggu, jangan cepet-cepet jalannya.”
Aku berlari
kecil mengejar Shaffa, namun tiba-tiba rokku tersangkut paku yang ada di meja
kecil. Saat membalikkan badan terlihat seseorang berpakaian baju koko putih
menggunakan sarung dan peci hitam. Dengan rasa panik dan jantung yang berdegup
kencang, aku segera membenarkan rokku yang tersangkut. Rasa panikku bertambah
karena meja ini dekat dengan Yusuf yang sedang menyusun karya seni santri.
Kemudian aku
segera berlari dan menutup rasa malu karena kejadian tadi.
“Kenapa Ra?”
tante bertanya seperti itu membuatku bingung harus menjawab apa.
Aku langsung
duduk dan berpura-pura tidak ada kejadian apapun.
“Hem, gak
apa-apa kok tan, hehe.”
Penampilan
selanjutnya adalah karya seni yang dibuat dari botol berisi air. Karya itu
adalah karya yang dibuat oleh Yusuf. Karya itu akan ditampilkan oleh
santri-santri akhwat.
“Lho itu
kan, duuh pasti dia muncul nih dipanggung.”
Pikiranku
ternyata benar, Yusuf muncul di depan panggung untuk membantu santri-santri
menampilkan karya.
“Ra, itu tuh
kepala sekolah Hafizh sama Khidir.”
“Ouh itu.”
Aku pura-pura tenang.
Penampilan
dari para santri satu persatu berakhir dan acara perpisahan hari ini pun
selesai. Kini saatnya untuk pengambilan buku rapor hasil belajar para santri.
Papah dan
tante mengambil rapor, sedangkan Aku menunggu di kursi depan panggung. Karena
acara sudah selesai, kursi-kursi sudah mulai diberesi. Seseorang yang aku
kagumi itu ikut membereskan kursi-kursi. Mungkin karena aku masih duduk, ia
tidak membereskan kursi-kursi yang berada disekitarku.
Terlihat ia
sedang mengejar-ngejar santri ikhwan yang masih SD. Aku teringat dengan yang
dikatakan oleh Khidir dan Hafizh bahwa Yusuf adalah guru yang galak dan mantan
preman. Namun, hal itu dilakukan saat menghukum santri yang melanggar aturan.
Kata mereka sih aslinya itu baik dan saat mengajar dengan serius, kadang juga mereka
disuguhi candaan yang tidak membuat santri merasa tegang.
Semua orang
tua dari adik-adikku sudah mengambil buku rapor. Kamipun langsung pulang dan
kali ini mobil terasa ramai dengan kedatangan santri-santri yang membanggakan
ini.
Topik
pembicaraan kami adalah penampilan-penampilan saat acara perpisahan dan
terutama penampilan-penampilan Hafizh, Khidir, Afif dan Shaffa. Semua merasa
bangga dengan mereka, termasuk aku yang memiliki adik seperti Hafizh.
“Itu tadi
yang namanya Yusuf kok mirip Khidir yah?” ucap Teh Dini.
Semua seisi
mobil tertawa dan Yusuf menjadi topik pembicaraan kami kali ini.
“Iyah emang
mirip banget teh” aku tertawa kecil.
“Iyah tau, kok
bisa mirip banget yah.” Teh Dini menyambung kembali candaan ini.
“Kalau Zahra
jadi sama Pak Yusuf, tante bakal bahagia.”
Ucapan tante
membuatku tercengang dan aku hanya bisa diam karena takut semua tahu kalau aku
sudah lama mengaguminya.
“iyah, Pak
Yusuf itu aqidahnya bagus lho.” Khidir menambahkan.
Aku masih
tidak percaya dengan semua ucapan tante tadi. Itu benar-benar membuatku sangat
tersentak kaget. Seakan-akan tante itu tahu apa yang sedang aku rasakan dan aku
harapkan.
“Ya Allah,
pertanda apakah ini? Apakah mereka tahu? Apakah engkau yang memberi tahu kepada
mereka dan sedang menyiapkan semuanya untukku?” gumamku dalam hati.
Semua
tertawa bahagia dan meledekku dengan Yusuf. Sedangkan aku masih memikirkan dan
mencerna kalimat tante itu.
“Kalau Zahra
jadi sama Pak Yusuf. Jadi? Itu kalimat seakan-akan sudah ada rencana untuk
benar-benar aku akan bersama dengan Yusuf. Ahh entahlah. Ini membuatku
bingung.”
Aku merasa
sangat bahagia hari ini saat tante berbicara seperti itu. Menurutku, jika tante
saja menyarankanku dengannya berarti memang ada kesempatan aku bisa menikah
dengannya nanti. Bisa jadi itu semua adalah sinyal dari Allah untukku.
Angan-angan
dan sedikitnya harapan untuk bisa membangun impian bersamanya kini bertambah
semangatku untuk segera mewujudkannya. Ini semua tidak ada yang kebetulan,
namun ini semua atas izin Allah Azza Wa Jalla yang memiliki rencana paling
indah dari yang terindah.
Selasa, 21 Juni 2016
Ini adalah karya-karya dari
peserta yang mengikuti Event “Satu Kata Mengubah Dunia”.
1. Yang pertama karya Kak Handhika Rahman nih. Gaul banget kan yahh kata-katanya. Cantik sih cewek yang ada dalam gambar. Ini kalau gagal fokus bisa salah sangka nih, dikira kita-kita sebagai cewek berarti gak cantik gitu ya? haha bercanda kok. Karya ini backgroundnya tidak terlalu menghalangi untuk tulisan bisa dibaca.
1. Yang pertama karya Kak Handhika Rahman nih. Gaul banget kan yahh kata-katanya. Cantik sih cewek yang ada dalam gambar. Ini kalau gagal fokus bisa salah sangka nih, dikira kita-kita sebagai cewek berarti gak cantik gitu ya? haha bercanda kok. Karya ini backgroundnya tidak terlalu menghalangi untuk tulisan bisa dibaca.
2. Karya Kak Handhika Rahman, dari gambarnya menarik sekali untuk mengajak masyarakat untuk menyukai membaca. Namun sayang sekali gambarnya mengganggu kata-kata indahnya ini. Sehingga agak sulit untuk dibaca di arah kejauhan. Untuk mengundang daya tarik melalui kalimatnya.
3. Karya Kak Handhika yang terakhir, sangat bagus kata-katanya dan backgroundnya juga sangat menarik. Namun lagi-lagi backgroundnya mengganggu tulisan untuk bisa dibaca. Karya ini berada diurutan no 2 setelah Teh Nalar yang kedua yang terbaik.
4. Karya Teh Nalar, sederhana dan menarik dari segi gambarnya. Namun sayang kata-katanya tidak mendukung padahal saya berharap di bacground garmbar ini terselip kata-kata yang benar-benar mengajak pelajar-pelajar seluruh Indonesia bisa tertarik dengan ajakan poster ini.
5. Karya Teh Nalar Agustin yang ini merupakan karya terbaik karena backgroundnya tidak mengganggu tulisannya untuk dibaca. Kalimatnya yang bisa mengajak masyarakat untuk memperbaiki pendidikan Bangsa kita. Terutama untuk para pelajar di seluruh Indonesia.
6. Yang terakhir adalah karya Teh Nalar Agustin. Karya ini backgroundnya cukup menarik namun lumayan mengganggu dan ditambah lagi tulisan yang tidak terlalu jelas jika dibaca dari jarak kejauhan.
Karya-karya mereka sangatlah mengajak agar masyarakat mau menjadikan membaca sebagai hobby.
Terimakasih kepada Kak Handhika Rahman dan Teh Nalar Agustin yang sudah mengumpulkan karya.
Selasa, 14 Juni 2016
Cinta Kasih Antikekerasan
Cinta Kasih Antikekerasan
Oleh : Nazwa Azzura
Perang-perang antar negara saat ini masih
sering terjadi dan umumnya pada negara-negara yang bertetangga. Seperi halnya
negara Israel dan Palestina masih saja berperang sejak abad ke 20 sampai hari
ini. Kedua negara itu berperang karena perselisihan tepi barat jalur Gaza dan
Yerussalem Timur.
India dan Palestina juga mengalami hal
yang sama. Kedua negara tersebut berperang sejak tahun 1947 sampai 1948. Perang
ini karena memperebutkan wilayah Kashmir.
Ada juga perang antara Irak dan Iran.
Perang itu bermula sejak tahun 1980 sampai 1988. Salah satu penyebabnya adalah
perselisihan jalur air Syath al-Arab.
Kekerasan identik dalam peperangan.
Seperti pada masa pergantian milenium, dunia menghadapi perlombaan senjata
nuklir yang makin meluas dan kematian mengerikan di kawasan Balkan dan Afrika
(Easwaran, 2013 : xi).
Dengan demikian, di beberapa negara yang
pernah mengalami peperangan, sudah ada kelompok-kelompok pejuang antikekerasan
yang pernah dilakukan Mahatma Gandhi dalam Mars Garam (Salt March) di India
pada 1930.
Badshas Khan menawarkan jalan menuju
perdamaian. Sebagai seorang Muslim yang shaleh, ia menunjukkan dalam
kehidupannya sendiri wajah Islam yang sangat jarang dilihat oleh negara-negara
non-islam. Ia membuktikan bahwa dalam ajaran Islam terdapat alternatif
terhormat lainnya selain kekerasan (Easwaran, 2013 : xix). Seluruh umat Muslim
sebagai antikekerasan yang bisa disebut “Pelayan Tuhan”, memiliki
prinsip-prinsip Islam purba tentang persaudaraan universal, ketaqwaan dan
melindungi seluruh ciptaan-Nya.
Badshah Khan juga mengatakan bahwa Islam
adalah amal, yakeen, muhabat (Easwaran, 2013 : xix). Islam yang memiliki ajaran
saling membantu atau menolong tanpa pamrih dan memiliki cinta kasih.
Saat Muslim tidak hadir, Abdul Ghaffar
Khan telat menyulitkan Inggris dan mengejutkan rakyat India dengan pembentukkan
pasukan seratus ribu prajurit antikekerasan yang berasal dari salah satu bangsa
yang paling kental kekerasan di dunia, kaum Pathan (Easwaran, 2013 : 2). Abdul
Ghaffar Khan atau biasa disebut Badshah Khan sangatlah memiliki keyakinan
tinggi terhadap Tuhannya
Badshah Khan adalah seorang Muslim yang
taat dan telah menentang pembagian India untuk membentuk negara Islam yang
terpisah. Jika saja Badshah Khan banyak dikenal, dunia akan mengetahui bahwa
nilai-nilai religius tertinggi Islam sangatlah sesuai dengan prinsip-prinsip
antikekerasan yang memiliki kekuatan untuk menyelesaikan konflik-konflik
meskipun berhadapan dengan kesukaran yang besar (Easwaran, 2013 : xx).
Jika saja semua umat Islam bahkan seluruh
dunia itu bisa menegakkan tindakan antikekerasan. Pasti dunia akan bisa bertahan hidup karena
sekarang ini dunia lebih membutuhkan pesan cinta kasih. Tindakan antikekerasan adalah
hakikat diri sebagai jiwa beragama Islam yang sejati.
Referensi : NONVIOLENT SOLDIER OF ISLAM.
Biografi Badshah Khan. Karya Eknath Easwaran
#KnightWriter
#WriteForIndonesia
Langganan:
Postingan (Atom)